Semua Orang Berisiko Kanker Kolorektal
A
A
A
Setiap orang ternyata memiliki risiko yang sama mengidap kanker kolorektal atau kanker usus (colorectal cancer ). Sayangnya, tidak semua orang tahu mereka mengidap kanker usus besar sampai dia benar-benar merasakan rasa sakit yang luar biasa.
Pasalnya, kanker usus tidak memiliki gejala khusus pada penderitanya dan mereka baru akan memeriksakannya saat dinyatakan sudah parah. “Kebanyakan mereka awalnya mengira hanya terkena ambeien atau wasir. Setelah gejala berhenti, mereka akan merasa tenang dan baik-baik saja,” ungkap dr Teoh Tiong Ann, Colorectal Surgeon & General Surgeon Mount Elizabeth, yang dijumpai saat acara Health Talk yang diadakan oleh Parkway Hospitals di Grand Hyatt, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Teoh Tiong Ann, kanker usus tidak akan pernah menunjukkan gejala pasti, kecuali memeriksakan diri ke rumah sakit. Saat ini risiko kanker usus besar meningkat tajam pada usia 50 hingga 55 tahun. Risiko menjadi dua kali lipat pada tiap dekade hingga puncaknya pada usia 75 tahun. Namun, bukan tidak mungkin penderita kanker usus juga terjadi pada usia yang lebih muda karena pola hidup tidak sehat juga sejak kanak-kanak.
Pasien yang mengidap kanker, tidak terkecuali pada pasien kanker usus, kerap ditemui dengan kondisi yang sudah parah. Beberapa alasan dipaparkan oleh dr Ang Peng Tiam,Medical Director dan Senior Medical Oncologist Parkway Cancer Center. Biasanya penderita kanker pada stadium awal tidak memiliki gejala khusus, bahkan nyaris tidak ada gejala.
Selain itu, masih banyak penderita yang berusaha menyangkal terhadap penyakit yang dia derita karena takut akan kanker itu sendiri. “Tak jarang mereka menyangkal kanker yang dia derita karena mahalnya biaya pengobatan dan masih berharap pada pengobatan medis,” kata Tiam. Kanker terjadi bukan tanpa sebab. Banyak kebiasaan yang biasa dilakukan secara tanpa disadari ternyata dapat memicu terjadinya kanker pada usus.
Penyakit kanker usus kerap diidentikkan dengan “penyakit orang kaya” karena ini sangat berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat yang terbiasa mengonsumsi makanan olahan dan berpengawet. Keadaan tersebut diperparah dengan kurangnya asupan serat dan air yang cukup. Kekurangan serat dan air membuat proses pembuangan limbah tubuh tersebut akan sulit dan menyebabkan usus terluka.
“Setiap orang mempunyai kesempatan untuk dapat terjangkit penyakit kanker, baik disebabkan oleh faktor keturunan, virus, dan bahkan gaya hidup yang tidak baik,” ujar Tiam. “Selain itu, kebiasaan merokok juga memiliki risiko yang besar terhadap kanker usus karena rokok mengandung karsinogen.
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan hal ini mengganggu proses-proses biologis,” tambah dr Teoh Tiong Ann. Orang yang terkena kanker usus akan mengalami perubahan pada kebiasaan buang air besar (BAB). Pada saat buang air besar akan terjadi perdarahan pada saat defekasi atau BAB.
Pasien akan merasakan ketidaknyamanan pada perut mereka dan mengalami kekurangan darah (anemia) yang tidak jelas. Kanker usus dapat ditangani jika dideteksi dari awal dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Pendeteksian dapat dilakukan dengan endoskopi, yaitu pemeriksaan atau tindakan pengobatan ke dalam saluran pencernaan dengan menggunakan peralatan berupa teropong (endoskop).
Pada endoskopi dapat melakukan dua tindakan, yaitu gastroskopi (pengecekan pada perut) dan kolonoskopi (pemeriksaan pada rektum). Selain itu, pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknologi ultrasonografi (USG) dan CT Scan. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan PET/CT Scan, mammogram atau tes pap smear . Hingga saat ini, Parkway Hospitals Singapore memiliki fasilitas-fasilitas terbaik dan tercanggih untuk melakukan berbagai deteksi dini penyakit kanker ini.
Larissa huda
Pasalnya, kanker usus tidak memiliki gejala khusus pada penderitanya dan mereka baru akan memeriksakannya saat dinyatakan sudah parah. “Kebanyakan mereka awalnya mengira hanya terkena ambeien atau wasir. Setelah gejala berhenti, mereka akan merasa tenang dan baik-baik saja,” ungkap dr Teoh Tiong Ann, Colorectal Surgeon & General Surgeon Mount Elizabeth, yang dijumpai saat acara Health Talk yang diadakan oleh Parkway Hospitals di Grand Hyatt, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Teoh Tiong Ann, kanker usus tidak akan pernah menunjukkan gejala pasti, kecuali memeriksakan diri ke rumah sakit. Saat ini risiko kanker usus besar meningkat tajam pada usia 50 hingga 55 tahun. Risiko menjadi dua kali lipat pada tiap dekade hingga puncaknya pada usia 75 tahun. Namun, bukan tidak mungkin penderita kanker usus juga terjadi pada usia yang lebih muda karena pola hidup tidak sehat juga sejak kanak-kanak.
Pasien yang mengidap kanker, tidak terkecuali pada pasien kanker usus, kerap ditemui dengan kondisi yang sudah parah. Beberapa alasan dipaparkan oleh dr Ang Peng Tiam,Medical Director dan Senior Medical Oncologist Parkway Cancer Center. Biasanya penderita kanker pada stadium awal tidak memiliki gejala khusus, bahkan nyaris tidak ada gejala.
Selain itu, masih banyak penderita yang berusaha menyangkal terhadap penyakit yang dia derita karena takut akan kanker itu sendiri. “Tak jarang mereka menyangkal kanker yang dia derita karena mahalnya biaya pengobatan dan masih berharap pada pengobatan medis,” kata Tiam. Kanker terjadi bukan tanpa sebab. Banyak kebiasaan yang biasa dilakukan secara tanpa disadari ternyata dapat memicu terjadinya kanker pada usus.
Penyakit kanker usus kerap diidentikkan dengan “penyakit orang kaya” karena ini sangat berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat yang terbiasa mengonsumsi makanan olahan dan berpengawet. Keadaan tersebut diperparah dengan kurangnya asupan serat dan air yang cukup. Kekurangan serat dan air membuat proses pembuangan limbah tubuh tersebut akan sulit dan menyebabkan usus terluka.
“Setiap orang mempunyai kesempatan untuk dapat terjangkit penyakit kanker, baik disebabkan oleh faktor keturunan, virus, dan bahkan gaya hidup yang tidak baik,” ujar Tiam. “Selain itu, kebiasaan merokok juga memiliki risiko yang besar terhadap kanker usus karena rokok mengandung karsinogen.
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan hal ini mengganggu proses-proses biologis,” tambah dr Teoh Tiong Ann. Orang yang terkena kanker usus akan mengalami perubahan pada kebiasaan buang air besar (BAB). Pada saat buang air besar akan terjadi perdarahan pada saat defekasi atau BAB.
Pasien akan merasakan ketidaknyamanan pada perut mereka dan mengalami kekurangan darah (anemia) yang tidak jelas. Kanker usus dapat ditangani jika dideteksi dari awal dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Pendeteksian dapat dilakukan dengan endoskopi, yaitu pemeriksaan atau tindakan pengobatan ke dalam saluran pencernaan dengan menggunakan peralatan berupa teropong (endoskop).
Pada endoskopi dapat melakukan dua tindakan, yaitu gastroskopi (pengecekan pada perut) dan kolonoskopi (pemeriksaan pada rektum). Selain itu, pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknologi ultrasonografi (USG) dan CT Scan. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan PET/CT Scan, mammogram atau tes pap smear . Hingga saat ini, Parkway Hospitals Singapore memiliki fasilitas-fasilitas terbaik dan tercanggih untuk melakukan berbagai deteksi dini penyakit kanker ini.
Larissa huda
(bbg)